“Tapi,
pacarku jelas-jelas menunjukkan bahwa dia ingin berhubungan seks. Apa yang
harus kulakukan?”
Segera
bicara terbuka soal seks. Dalam masa pacaran, sangat penting bicara terbuka
tentang seks. Kamu bisa bicara tentang seks seperti berikut :
·
Bagaimana
pendapatmu tentang seks?
·
Menurutmu,
kapan atau bagaimana idealnya seks itu dilakukan? atau : Seks seperti apa yang
kamu impikan?
·
Kamu
menghendaki pacaran kita sampai tahap mana? Apa yang membuatmu nyaman, dan apa
yang tidak? Bagaimana dengan ciuman, pelukan, dsb?
Selanjutnya,
jika kalian berbeda pendapat :
1. Katakan alasanmu
mengapa kamu berpikir begitu.
2. Diskusikan :
Bagaimana agar kita bisa sejalan, kamu senang, tapi aku juga senang dan nyaman?
85% cowok lebih menghargai cewek yang bisa terus-terang
berkata “Tidak” ketika mereka belum siap untuk berhubungan seks.
BERKATA “TIDAK”
Berkata “Tidak”
bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan, apalagi berkata “Tidak” kepada orang
yang benar-benar kita cintai. Ingat apa yang telah kukatakan, bahwa ketika kita
jatuh cinta, perasaan dengan mudah mendominasi logika/akal sehat kita. Akan
tetapi, kita tidak boleh menyerah. Kita selalu harus tetap memikirkan diri kita
sendiri. Kita lah yang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan diri kita
sendiri.
Bagaimana dengan
kebahagiaan pacar? “Aku ingin sekali membahagiakan dia.” Berhubungan seks bukan
satu-satunya cara membahagiakan dia. Seribu cara lain untuk membahagiakan dia.
Lagipula, kamu tidak menolak untuk berhubungan seks dengan dia. Kamu hanya
ingin menunda hubungan seks itu
sampai saat yang tepat, saat di mana kamu sungguh-sungguh merasa nyaman,
sehingga bisa menikmati hubungan seksmu dengannya.
Jelaskan padanya bahwa
kamu hanya ingin MENUNDA.
Kamu ingin seks yang
terbaik, tanpa diganggu rasa takut, khawatir, atau rasa bersalah.
|
Kalau kamu kesulitan
menemukan kata untuk melawan kata-katanya, barangkali kalimat berikut bisa kamu pakai.
Apa kamu tidak percaya padaku?
Aku percaya. Hanya saja aku ingin hubungan seks kita yang
pertama kita persiapkan lebih sungguh-sungguh, tidak asal-asalan. Itu adalah momen istimewa, aku tak mau melakukannya sembarangan, di waktu sembarangan, apalagi tempat sembarangan.
Sekarang ini semua orang melakukannya.
Tiap orang punya keinginan masing-masing. Kita tidak
harus sama seperti semua orang.
Seks bukanlah sesuatu yang besar.
Kalau begitu, tidak masalah kalau kita tidak melakukannya
kan?
Seks adalah bukti cinta.
Seks tidak membuktikan apa-apa. Seks hanya membuktikan
bahwa hormon kita bekerja.
Kau tidak peduli pada apa yang kuinginkan?
Bukan hanya kamu yang menginginkan seks. Aku pun juga.
Hanya saja aku ingin menjadikan seks pertama itu sebagai sesuatu yang luar
biasa, yang kita berdua lakukan dengan sepenuh hati, yang kita nikmati tanpa
rasa takut, khawatir atau rasa bersalah, yang kita lakukan dengan segala
persiapan yang layak.
Kalau kau tidak mau, lebih baik kita putus.
Aku akan sedih. Tapi mungkin lebih baik begitu, supaya
aku cepat menemukan orang yang lebih baik, yang lebih mau menghormatiku.
Dengan akal sehatmu, berikan penilaian
terhadap pacarmu, apakah pacarmu menghormati keinginanmu, atau dia egois ingin
memaksakan keinginannya? Pacar yang sungguh-sungguh menyayangimu akan
memikirkan juga keinginanmu, tidak hanya egois memaksakan kehendaknya. Kalau
kamu merasa bahwa pacarmu egois, ini adalah waktunya untuk PUTUS.
Jika
kamu sudah pernah setuju untuk berhubungan seks dengan pacarmu, namun sekarang
kamu berubah pemikiran, dan berpikir bahwa kamu lebih baik tidak berhubungan
seks lagi sampai kalian menikah, maka yang kamu bisa lakukan :
Bicara
lagi dengan pacarmu tentang apa alasanmu ingin menghindari hubungan seks
sebelum menikah. Misalnya bahwa :
·
Kamu
takut risiko hamil, karena seberapa baiknya kontrasepsi, tetap ada risiko
hamil, meski hanya satu persen.
·
Kamu
ingin memperkuat emotional bonding
antara kamu dan dia, tanpa terinterupsi oleh physical bonding. Cinta yang tulus bisa ditunjukkan dengan berbagai
cara tanpa melibatkan perilaku seksual fisik, dan bahkan cara-cara itu bisa
terkesan lebih romantis.
Ingat,
bahwa kamu pernah berkata “YA”, tidak berarti bahwa kamu selalu harus berkata
“YA.” Kamu mungkin telah menyadari sendiri bagaimana efek negatif dari hubungan
seksual terhadap relasi pacaranmu, dan ketika kamu ingin berhenti, kamu masih
tetap punya kesempatan, dan semestinya pacarmu juga menghormati keinginanmu.
Bukankah kamu dan dia masih sama-sama belajar? Kamu dan dia bisa bertumbuh
bersama dan menjadi dewasa bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar