THINK

THINK

15 Juni 2014

Aku "NO", Dia "YES"

“Tapi, pacarku jelas-jelas menunjukkan bahwa dia ingin berhubungan seks. Apa yang harus kulakukan?”

Segera bicara terbuka soal seks. Dalam masa pacaran, sangat penting bicara terbuka tentang seks. Kamu bisa bicara tentang seks seperti berikut :
·         Bagaimana pendapatmu tentang seks?
·         Menurutmu, kapan atau bagaimana idealnya seks itu dilakukan? atau : Seks seperti apa yang kamu impikan?
·         Kamu menghendaki pacaran kita sampai tahap mana? Apa yang membuatmu nyaman, dan apa yang tidak? Bagaimana dengan ciuman, pelukan, dsb?

Selanjutnya, jika kalian berbeda pendapat :
1.    Katakan alasanmu mengapa kamu berpikir begitu.
2.    Diskusikan : Bagaimana agar kita bisa sejalan, kamu senang, tapi aku juga senang dan nyaman?

85% cowok lebih menghargai cewek yang bisa terus-terang berkata “Tidak” ketika mereka belum siap untuk berhubungan seks. 

BERKATA “TIDAK”

Berkata “Tidak” bukanlah sesuatu yang gampang dilakukan, apalagi berkata “Tidak” kepada orang yang benar-benar kita cintai. Ingat apa yang telah kukatakan, bahwa ketika kita jatuh cinta, perasaan dengan mudah mendominasi logika/akal sehat kita. Akan tetapi, kita tidak boleh menyerah. Kita selalu harus tetap memikirkan diri kita sendiri. Kita lah yang bertanggung jawab terhadap kebahagiaan diri kita sendiri.
Bagaimana dengan kebahagiaan pacar? “Aku ingin sekali membahagiakan dia.” Berhubungan seks bukan satu-satunya cara membahagiakan dia. Seribu cara lain untuk membahagiakan dia. Lagipula, kamu tidak menolak untuk berhubungan seks dengan dia. Kamu hanya ingin menunda hubungan seks itu sampai saat yang tepat, saat di mana kamu sungguh-sungguh merasa nyaman, sehingga bisa menikmati hubungan seksmu dengannya.

Jelaskan padanya bahwa kamu hanya ingin MENUNDA.
Kamu ingin seks yang terbaik, tanpa diganggu rasa takut, khawatir, atau rasa bersalah.

Kalau kamu kesulitan menemukan kata untuk melawan kata-katanya, barangkali kalimat berikut bisa kamu pakai.

Apa kamu tidak percaya padaku?
Aku percaya. Hanya saja aku ingin hubungan seks kita yang pertama kita persiapkan lebih sungguh-sungguh, tidak asal-asalan. Itu adalah momen istimewa, aku tak mau melakukannya sembarangan, di waktu sembarangan, apalagi tempat sembarangan. 

Sekarang ini semua orang melakukannya.
Tiap orang punya keinginan masing-masing. Kita tidak harus sama seperti semua orang.

Seks bukanlah sesuatu yang besar.
Kalau begitu, tidak masalah kalau kita tidak melakukannya kan?

Seks adalah bukti cinta.
Seks tidak membuktikan apa-apa. Seks hanya membuktikan bahwa hormon kita bekerja.

Kau tidak peduli pada apa yang kuinginkan?
Bukan hanya kamu yang menginginkan seks. Aku pun juga. Hanya saja aku ingin menjadikan seks pertama itu sebagai sesuatu yang luar biasa, yang kita berdua lakukan dengan sepenuh hati, yang kita nikmati tanpa rasa takut, khawatir atau rasa bersalah, yang kita lakukan dengan segala persiapan yang layak.

Kalau kau tidak mau, lebih baik kita putus.
Aku akan sedih. Tapi mungkin lebih baik begitu, supaya aku cepat menemukan orang yang lebih baik, yang lebih mau menghormatiku.

Dengan akal sehatmu, berikan penilaian terhadap pacarmu, apakah pacarmu menghormati keinginanmu, atau dia egois ingin memaksakan keinginannya? Pacar yang sungguh-sungguh menyayangimu akan memikirkan juga keinginanmu, tidak hanya egois memaksakan kehendaknya. Kalau kamu merasa bahwa pacarmu egois, ini adalah waktunya untuk PUTUS.


Berkata “TIDAK” sesudah pernah berkata “YA”

Jika kamu sudah pernah setuju untuk berhubungan seks dengan pacarmu, namun sekarang kamu berubah pemikiran, dan berpikir bahwa kamu lebih baik tidak berhubungan seks lagi sampai kalian menikah, maka yang kamu bisa lakukan :
Bicara lagi dengan pacarmu tentang apa alasanmu ingin menghindari hubungan seks sebelum menikah. Misalnya bahwa :
·         Kamu takut risiko hamil, karena seberapa baiknya kontrasepsi, tetap ada risiko hamil, meski hanya satu persen.
·         Kamu ingin memperkuat emotional bonding antara kamu dan dia, tanpa terinterupsi oleh physical bonding. Cinta yang tulus bisa ditunjukkan dengan berbagai cara tanpa melibatkan perilaku seksual fisik, dan bahkan cara-cara itu bisa terkesan lebih romantis.

Ingat, bahwa kamu pernah berkata “YA”, tidak berarti bahwa kamu selalu harus berkata “YA.” Kamu mungkin telah menyadari sendiri bagaimana efek negatif dari hubungan seksual terhadap relasi pacaranmu, dan ketika kamu ingin berhenti, kamu masih tetap punya kesempatan, dan semestinya pacarmu juga menghormati keinginanmu. Bukankah kamu dan dia masih sama-sama belajar? Kamu dan dia bisa bertumbuh bersama dan menjadi dewasa bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar