Emily
dan Ryan sudah berkencan selama satu tahun. Mereka belum melakukan hubungan
seks. Emily sudah menyatakan dengan gamblang bahwa dia tidak mau berhubungan
seks sebelum menikah, dan Ryan menghargai keinginan Emily. “Tapi suatu malam
kami terlena dan tidur bersama,” cerita Emily. “Kami tidak memakai alat
kontrasepsi. Aku sadar aku telah menyerah, tetapi kukatakan pada diriku sendiri
itu bukan kiamat. Maksudnya, aku tahu bahwa aku tidak akan perawan lagi
selamanya.”
“Waktu
aku terlambat haid di bulan berikutnya, aku panik. Aku membeli alat tes
kehamilan dan ketika hasilnya positif, kukira aku akan mati. Aku tidak tahu
harus berbuat apa. Aku takut memberi tahu ibuku. Aku bahkan tidak bisa memberi
tahu Ryan. Aku merasa itu salahku. Aku tidak dapat berpikir tentang hal lain.”
Emily
tidak percaya hal itu terjadi pada dirinya. “Tidak terpikir olehku bahwa aku
bisa hamil pada hubungan seks pertama kali. Tampak begitu tidak adil. Dan, yang
terus menghantui pikiranku adalah jika aku mempunyai bayi, hidup Ryan akan
berjalan terus, sementara hidupku berubah total. Bagaimanapun, aku tidak ingin
menjadi ibu di usia 17! Tapi aku juga tidak mau melakukan aborsi.” Emily merasa
terperangkap, tidak tahu ke mana harus berpaling.
Kemudian
Emily menelepon klinik. “Aku melangkah masuk dan bertemu dengan seorang
penasihat. Dia tidak menghakimiku. Dia menghadapkan aku pada pilihan tentang
apa yang dapat kuperbuat. Itu merupakan pilihan tersulit yang harus kuambil.
Aku memutuskan untuk tetap mempertahankan kehamilan dan menyerahkan si bayi untuk
diadopsi. Aku tahu bahwa aku harus memberi tahu Ryan dan keluargaku. Tak ada
jalan untuk menyembunyikan rahasia ini lebih lama lagi.”
“Di
mana letak kesalahanku? Melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi dan
melakukan sesuatu yang sesungguhnya sudah aku janjikan tidak akan kulakukan.
Aku sadar bahwa bisa saja aku mengidap AIDS, dan aku bersyukur itu tidak
terjadi. Tapi hidupku berubah untuk selamanya hanya karena satu malam
bersenang-senang. Terkadang aku memikirkan bayi perempuanku. Apa yang sedang
dia kerjakan? Apakah dia mirip aku?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar