THINK

THINK

15 Juni 2014

Kisah Emily

Emily dan Ryan sudah berkencan selama satu tahun. Mereka belum melakukan hubungan seks. Emily sudah menyatakan dengan gamblang bahwa dia tidak mau berhubungan seks sebelum menikah, dan Ryan menghargai keinginan Emily. “Tapi suatu malam kami terlena dan tidur bersama,” cerita Emily. “Kami tidak memakai alat kontrasepsi. Aku sadar aku telah menyerah, tetapi kukatakan pada diriku sendiri itu bukan kiamat. Maksudnya, aku tahu bahwa aku tidak akan perawan lagi selamanya.”
“Waktu aku terlambat haid di bulan berikutnya, aku panik. Aku membeli alat tes kehamilan dan ketika hasilnya positif, kukira aku akan mati. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku takut memberi tahu ibuku. Aku bahkan tidak bisa memberi tahu Ryan. Aku merasa itu salahku. Aku tidak dapat berpikir tentang hal lain.”
Emily tidak percaya hal itu terjadi pada dirinya. “Tidak terpikir olehku bahwa aku bisa hamil pada hubungan seks pertama kali. Tampak begitu tidak adil. Dan, yang terus menghantui pikiranku adalah jika aku mempunyai bayi, hidup Ryan akan berjalan terus, sementara hidupku berubah total. Bagaimanapun, aku tidak ingin menjadi ibu di usia 17! Tapi aku juga tidak mau melakukan aborsi.” Emily merasa terperangkap, tidak tahu ke mana harus berpaling.

Kemudian Emily menelepon klinik. “Aku melangkah masuk dan bertemu dengan seorang penasihat. Dia tidak menghakimiku. Dia menghadapkan aku pada pilihan tentang apa yang dapat kuperbuat. Itu merupakan pilihan tersulit yang harus kuambil. Aku memutuskan untuk tetap mempertahankan kehamilan dan menyerahkan si bayi untuk diadopsi. Aku tahu bahwa aku harus memberi tahu Ryan dan keluargaku. Tak ada jalan untuk menyembunyikan rahasia ini lebih lama lagi.”
“Di mana letak kesalahanku? Melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi dan melakukan sesuatu yang sesungguhnya sudah aku janjikan tidak akan kulakukan. Aku sadar bahwa bisa saja aku mengidap AIDS, dan aku bersyukur itu tidak terjadi. Tapi hidupku berubah untuk selamanya hanya karena satu malam bersenang-senang. Terkadang aku memikirkan bayi perempuanku. Apa yang sedang dia kerjakan? Apakah dia mirip aku?”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar