Kita
semua masih sama-sama muda. Kita tak pernah siap untuk menjadi orangtua di usia
ini.
Sharing 1 :
“Aku
sangat bodoh. Kupikir pacarku sungguh-sungguh mencintaiku. Tapi, setelah kami
melakukan hubungan seks, dan aku mendapati diriku hamil, dia langsung pergi
meninggalkan aku tanpa mempedulikan aku. Dia menghilang, hanya sempat
meneleponku beberapa kali saja. Aku akhirnya harus menanggung semuanya
sendirian. Aku dikeluarkan dari SMAku (padahal waktu itu hanya tinggal 3 bulan
lagi aku ujian akhir karena aku sudah duduk di kelas 3), dan keluargaku
melarikan aku ke kota lain untuk menutupi aib. Beruntung keluargaku masih mau
menerima aku dan membantu merawat anakku.”
Sharing 2 :
“Aku
yakin sekali pacarku orang yang baik dan penuh tanggung jawab. Kami sudah berpacaran 3 tahun, kira-kira sejak awal kuliah. Suatu saat,
waktu berkencan, secara tak sengaja kami berbuat lebih jauh. Kami ketakutan
kalau-kalau aku hamil. Aku menanyakan kepadanya, apa yang akan kami lakukan
seandainya aku hamil. Dia berkata bahwa menurutnya, kami berdua belum siap
menerimanya, belum siap menikah dan punya anak. Aku tidak menyangka dia berkata
bahwa seandainya aku hamil akibat hubungan seks tersebut, dia akan mencarikan
obat untuk aborsi. Kupikir, kalau aku hamil, dia akan menerima calon anak kami,
ternyata tidak. Alasannya, dia lebih memilih untuk menjaga perasaan
mama-papanya (menjaga kehormatan keluarganya), dan merasa bahwa kami berdua
belum siap untuk membesarkan anak, sehingga lebih baik aborsi. Beruntung sekali
aku tidak hamil waktu itu. Tapi aku merasa kecewa dengan apa yang telah
dikatakannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar