“Sayang sekali,
semuanya sudah terlambat.”
Kalau kamu sudah pernah melakukan seks, dan
merasa bahwa itu adalah pengalaman buruk, aku hanya ingin kamu ingat satu pesan
ini :
Kamu punya dua pilihan :
- membiarkan masa lalumu menuntun hidupmu, mengendalikan hidupmu dan menghancurkan hidupmu, atau
- bangkit, membuka lembaran baru dan menjalani hidup sesuai apa yang kamu inginkan dan harapkan
Bukankah orang yang sudah pernah mengalami
sendiri belajar lebih baik daripada orang yang belum pernah mengalaminya?
Karena sudah mengalami sendiri, kamu paham benar bagaimana seks membawa efek buruk
(jika tidak dilakukan dengan tepat), jadi, semestinya kamu punya alasan lebih
kuat untuk menolak seks (yang tidak tepat).
Hidup kita tidak sempurna.
Kita semua melakukan
kesalahan.
|
“Kita
semua melakukan kesalahan. ”
“Kita
pasti pernah berbuat salah.”
Tapi
bagaimana jika kesalahanku terkait dengan kehidupan seksualitasku?
Semua orang pernah melakukan kesalahan,
akan tetapi, mengapa kesalahan yang terkait dengan seksualitas, biasanya lebih
mengakibatkan perasaan bersalah, lebih besar dampaknya dalam hidup, selain juga
lebih disorot oleh orang lain? Alasannya kira-kira sebagai berikut :
- Seks adalah hal yang sangat pribadi, yang mempunyai dampak emosional lebih besar daripada sekedar dampak fisik.
- Seks masih sering dipandang sebagai sesuatu yang kotor, penuh dosa. Ini adalah pandangan sebagian besar orang. Kita perlu memaklumi hal ini, ada latar belakang mengapa orang-orang (atau bahkan diri kita sendiri) secara tidak sadar memandang seks sebagai sesuatu yang kotor. Antara lain adalah karena kita mengalami bagaimana orangtua kita menganggap tabu seks dalam pembicaraan, orangtua memarahi anak saat melihat anak melakukan masturbasi. Dengan kata lain, pandangan tentang seks sebagai sesuatu yang kotor dan tabu telah dibawa dari generasi masa lalu turun-temurun.
Seberapa rasa
bersalah itu?
Ilustrasi
:
·
Kamu
kehilangan HP karena seorang pencopet merobek tasmu dan mengambil HPmu.
·
Kamu
kehilangan HP karena waktu makan di restoran, kamu meninggalkannya di meja.
Mana
situasi yang buat kamu lebih menyesal? Mengapa?
Kalau
peran aktifmu dalam sebuah kesalahan besar, maka rasa bersalahmu juga lebih
besar. Kalau ada yang salah dalam kehidupan seksualitasmu, dan hal itu karena
faktor orang lain, paksaan orang lain, kejahatan orang lain, semestinya kamu
tidak terlalu menyalahkan dirimu. Tapi kalau kesalahan dalam kehidupan
seksualitasmu disebabkan karena peran aktifmu, berarti kamu perlu berusaha
lebih keras untuk bisa memaafkan dirimu sendiri.
Mengikis rasa
bersalah
Percaya
atau tidak, “Segalanya terjadi untuk alasan tertentu,” walau kamu tidak dapat
melihatnya saat ini.
Yang penting bukanlah
kesalahan-kesalahan apa yang kamu lakukan, melainkan apa yang kamu perbuat
untuk mengatasinya.
(Shannon Miller)
|
“Nasi sudah menjadi bubur”. Tapi… bubur
bisa dibuat menjadi bubur ayam yang enak, bahkan lebih enak daripada nasi
rames, nasi goreng.
"Aku sudah tidak virgin
lagi, jadi …"
Jadi
..
hidupku
pasti kacau balau selamanya?
aku
tak akan pernah mempunyai pernikahan yang bahagia?
Alasan mengapa kamu tak
layak selamanya menyesal : Kamu masih sangat MUDA
|
Kesalahan yang kamu lakukan pada usia
sekarang ini dan sebelumnya, sebenarnya bisa ditolerir, karena saat kamu dewasa
nanti, kamu akan menganggap usia remaja ini adalah usia yang sangat muda (masih
anak-anak), dan saat-saat remaja adalah sebuah masa yang penuh dengan
kesalahan. Seandainya, dalam masa antara usiamu sekarang sampai usia kamu
menikah nanti (mungkin sekitar 7 tahun ke depan), kamu menjaga dirimu
sedemikian rupa sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama, maka kesalahanmu
yang sudah-sudah menjadi seolah-olah kabur, tidak layak diperhitungkan. Kamu
akan merasa bangga lagi pada dirimu, merasa percaya diri. Dan calon pasanganmu
nanti, kalau tahu bahwa kesalahan-kesalahanmu hanya terjadi pada waktu usiamu
masih sangat muda, pasti akan jauh lebih memaklumi.
Tidak virgin …
risiko perceraian?
"Tapi,
katanya, kalau sudah tidak perawan, nanti saat menikah lebih rentan terhadap
risiko perceraian?"
Kita
perlu memahami sebuah penelitian secara menyeluruh. Sekalipun data berkata,
misalnya : “Pasangan yang saat menikah sudah tidak perawan lebih berisiko untuk
bercerai,” itu tidak berarti kalau kamu sudah tidak perawan, kamu akan
bercerai. Ada variabel-variabel di tengah yang memerantarai atau membuat
kondisinya jadi demikian.
Kondisi tidak virgin --------à perceraian
f1 f2 f3
Variabel tengah (perantara) : 1. faktor
.. 2. …. 3.
…
|
Variabel
di tengah itu, misalnya berupa :
·
Ketidakstabilan
emosi
·
Perasaan
tidak aman (rendah diri, sehingga mudah curiga, mudah cemburu)
Jadi,
yang terjadi sebenarnya, bukannya kondisi tidak perawan itulah yang menyebabkan
perceraian, tapi sifat dan kondisi psikologis orang yang bersangkutan. Dan,
kalau begitu, seandainya faktor yang di tengah ini diusahakan untuk diubah,
dimodifikasi, maka perceraian pun tidak terjadi.
Kehidupan seksualku di
masa depan, ada di tanganku.
Aku punya kesempatan
memiliki kehidupan seksual yang bahagia
di masa depan.
|
Seperti
apapun kehidupan seksualitasmu di masa lalu,
Saat
ini, detik ini, kamu, siapapun dirimu, punya kesempatan untuk memiliki
kehidupan seksualitas yang bahagia.
Sekalipun
hidup seksualitas kita di masa lalu tidak sempurna, kita pernah melakukan
kesalahan, atau orang lain yang melakukan kesalahan pada hidup kita, satu hal
yang perlu diingat, kehidupan
seksualitas kita selanjutnya ada di tangan kita, tergantung diri kita
sendiri. Apakah kita mau membiarkan masa lalu mempengaruhi masa depan kita
selamanya, atau apakah kita mau bangkit dan mengusahakan kehidupan seksualitas
yang lebih membahagiakan di masa depan? Ada orang yang sekali tercebur dalam
kubangan lebih suka terus berada di dalam kubangan, tapi ada juga orang yang
sesudah tercebur kemudian memilih untuk
keluar dari kubangan.
Bila
kamu merasa ada satu hal, satu kesalahan, satu kejadian, yang tampaknya terus
menghantui kehidupanmu, mungkin kamu bisa bicara pada seorang konselor untuk
membantu kamu bangkit dari perasaan-perasaan negatifmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar